Selasa, 06 Juli 2010

Filsafat Islam,Filsafat Arab

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Istilah filsafat berasal dari bahasa yunani “ philosophia” yang dalam perkembangan berikutnya dikenal di dalam bahasa lain yaitu philosophie (jerman, belanda, dan prancis); phlilosophy (inggris); philosophia (latin); dan falsafah (arab).
Al-Farabi, fiosif muslim terbesar sebelum ibnu Sini (meninggal tahun 950) mengastakan bahwa perkataan filsafat berasal dari bahasa yunani dan kemudian digungkan sebagai bahasa Arab, diambil dari kata philosophia. Philo berarti cinta dan Sophia berarti hikmah maka philosophia berarti cinta akan hikmah atau cinta kebenaran.
Dan ada pula yang mengatakan Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
B. SEJARAH SINGKAT TIMBULNYA FILSAFAT ISLAM
Sejarah filsafat bermula di pesisir Samudra Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 SM. Sejak semula filsafat ditandai dengan rencana umat manusia untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Itulah sebanya filsafat pada gilirannya mampu melahirkan sains-sains besar, seperti fisika, etika, matematika dan metafisika yang menjadi batu bata kebudayaan dunia.
Cara pemikiran Filsafat secara teknis muncul pada masa permulaan jayanya Dinasti Abbasiyah. Di bawah pemerintahan Harun al Rasyid, dimulailah penterjemahan buku-buku bahasa Yunani kedalam bahasa Arab. Orang-orang banyak dikirim ke kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Awalnya yang dipentingkan adalah pengetahuan tentang kedokteran, tetapi kemudian juga pengetahuan-pengatahuan lain termasuk filsafat.
Penterjemahan ini sebagian besar dari karangan Aristoteles, Plato, serta karangan mengenai Neoplatonisme, karangan Galen, serta karangan mengenai ilmu kedokteran lainya, yang juga mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya yang dapat dibaca alim ulama Islam. Tak lama kemudian timbulah para filosof-filofof dan ahli ilmu pengetahuan terutama kedokteran di kalam umat Islam.
Ketika filsafat bersentuhan dengan Islam maka yang terjadi bahwa filsafat terinspirasi oleh pokok-pokok persoalan yang bermuara pada sumber-sumber Wahyu Islam. Semua filosof muslim seperti al Kindi, al Farabi, Ibn Sina, Mulla Sadra,Suhrawardi dan lain sebagainya hidup dan bernafas dalam realitas al Quran dan Sunnah. Kehadiran al Quran dan Sunnah telah mengubah pola berfilsafat dalam konteks Dunia Islam. Realitas dan proses penyampaian al Quran merupakan perhatian utama para pemikir Islam dalam melakukan kegiatan berfilsafat.
C. FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT ARAB
a. filsafat Islam adalah berpikir secara sistematis, radikal
dan universal tentang segala sesuatu berdasarkan ajaran Islam. Filsafat Islam itu
adalah filsafat yang berorientasi pada Al-Quran, mencari jawaban mengenai
masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu Allah. Selain itu filsafat islam merupakan filsafat yang seluruh cendekianya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan.
b. filsafat arab predikat Arab dalam ilmu ini diberikan karena bahasa yang dipergunakan dalam pengungkapannya adalah bahasa Arab. Sejarah Arab lebih tua dari sejarah Islam. Islam lahir dikalangan bangsa Arab, disebarluaskan oleh bangsa arab, maka seluruh kebudayaan yang berada dibawah pengaruh bangsa ini haruslah diberi predikat “Arab” termasuk filsafatnya. Jadi dapatllah kita artikan bahwa filsafat Arab adalah suatu ilmu filsafat yang bahasa dan sumbernya berasal dari bahasa Arab, yang orang-orangnya pun berasal dari bangsa Arab.
D. PERMASALAHAN YANG TERDAPAT DALAM PENETAPAN KATA ISLAM DAN ARAB PADA ILMU FILSAFAT
Dalam buku “Filsafat Islam” yang disusun beberapa tenaga pengajar IAIN Ar-Raniry disebutkan bahwa ada tiga alasan para pemikir tidak sepakat melabelkan nama “Filsafat Islam”.
Pertama : nama “Filsafat Arab” dirasa lebih tepat untuk penelitian fisafat jenis ini, karena penelitian dan penyelidikan yang dilakukan terhadap buku-buku berbahasa Arab dan bahasa yang digunakan pun bahasa Arab. Pendapat ini dikemukan oleh Maurice de Wulf. Menurut dia, nama “Islam” tidak cocok karena mengharuskan orang untuk menelaah buku-buku dalam bahasa selain Arab, misalnya Urdu, Parsi, dan sebagainya. Kedua : kalau berbicara mengenai “Filsafat Khusus Islam”, orang diharuskan mengeluarkan pendapat pemikir-pemikir selain yang beragama Islam, sedangkan di Arab banyak juga penganut agama lain selain Islam, seperti Majusi, Nasrani, Yahudi, Shabiah, dan orang-orang Pagtu. Ketiga : sejarah, termasuk sejarah Arab, lebih tua dari usia Islam. Islam diakui lahir di kalangan bangsa Arab yang disebarluaskan oleh penduduk Arab. Maka, seluruh kebudayaan yang berada di bawah pengaruh sejarah bangsa ini mesti diberi predikat “Arab”, termasuk filsafatnya.
Masih dalam buku yang sama, disebutkan pula beberapa alasan pemikir membuat nama “Filsafat Islam” harus ada.
Pertama : bahwa filsafat Islam sejak dulu kala telah mempunyai nama yang diberikan oleh tokoh-tokohnya, seperti Al-Faraby, Al-Kindi, Ibnu Rusyd, dan lain-lain dengan nama “Filsafat Islam” sehingga terkenal juga nama-nama “Ahli Filsafat Islam”. Kedua : islam bukan sekedar agama, tetapi juga kebudayaan dan peradaban. Sejak lahir, ia telah menjadi kekuatan politik mempersatukan pelbagai suku bangsa menjadi suatu umat imperium (khalifah) Islam. Selain itu, tokoh-tokoh yang terkenal sebagai filsuf islam belum tentu berbangsa Arab, seperti Al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, dan lain-lain. Karena itu, nama “Islam” lebih mencakup daripada nama “Arab”. Ketiga : diberi nama “Filsafat Islam” karena filsafat ini tidak mungkin terbina tanpa adanya wadah yang dinamakan daulah islamiah. Pembahasannya pun adalah persoalan islam di segala lini, bukan hanya persoalan bangsa Arab semata. Karenanya, lebih cocok diberi nama “Filsafat Islam” daripada “Filsafat Arab”.
Dari permasalahan yang yang terjadi dalam penetapan label “islam” dan “arab” seperti yang ada diatas, penulis dalam hal ini lebih setuju bila cabang ilmu filsafat ini diberikan lebel islam karena menurut hemat penulis, kebanyakan dari tokoh filsafat ini beragama islam dan banyak dari tokoh ini mengambil sumber pemikirannya dari Al-qur’an yang mana Al-qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam.


E. TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM
Beberapa tokoh filsafat Islam antar lain :
1. Al-Kindi
Al-Kindi ia lahir di Kufah sekitar 185 H (801 M) dari keluarga kaya dan terhormat.Ia sangat dikenal dan berjsa dalam gerakan penterjemahan dan seorang pelopor yang memperkenalkan tulisan – tulisan Yunani, Suriah, dan India pada dunia Islam. Merupakan filosof kenamaan pertama. Beliau bukan hanya seorang filosof, tetapi juga ilmuwan pada jamannya. Mengenai filsafat, Al-Kindi berpendapat bahwa antara agama dan filsafat tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid adalah cabang termulia dari filsafat. Filsafat membahas kebenaran/hakekat. Dan hakekat pertama itu adalah Tuhan. Al-Kindi mengulas teori keadilan Tuhan dan berpendapat bahwa semua perbuatan Allah itu tidak mengandung unsur zalim. Al-Kindi juga membicarakan soal jiwa dan akal. Jiwa manusia mempunyai 3 daya. Daya bernafsu yang terpusat di perut, daya berani yang berpusat di dada, dan daya berpikir yang berpusat di kepala. Daya berpikir inilah yang disebut
akal. Dalam pemikiran filosofisnya, Al-Kindi banyak dipengaruhi oleh Aristoteles, Plato dan Neo-Platonisme.
2. Ibnu Sina
Ibnu Sina Ia dilahirkan di desa Afsyanah, dekat bukhara, transoxiana (Persia utara) pada 370 H (8-980M). Terkenal dengan 2 bukunya, yaitu Al-Qanun Fi AL-Tibb
dan Al-Syifa. Al-Qanun, suatu ensiklopedia tentang ilmu kedokteran. Al-
Syifa merupakan ensiklopedia tentang filsafat Aristoteles dan ilmu
pengetahuan.
3. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd banyak memusatkan perhatiannya pada filsafat Aristoteles dan menulis ringkasan-ringkasan dan tafsiran yang mencakup sebagian besar karangan filosof Yunani tersebut. Dalam bidang filsafat, Tahafut Al-Tahafut, beliau tulis sebagai jawaban atas buku Al-Ghazali, Tahafut Al-Falasiyah. Buku-buku Ibnu Rusyd mengenai filsafat Aristoteles banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan berpengaruh bagi ahli pikir Eropa. Kemudian di Eropa trdapat aliran Averroism. Menurut aliran ini, filsafat mengandung kebenaran, sedangkan agama dan wahyu membawa hal-hal yang tidak benar. Pendapat ini mungkin bersumber dari Ibnu Rusyd. Kekeliruan ini timbul dari kesalahpahaman penulis barat tentang tafsiran Ibnu Rusyd terhadap filsafat Aristoteles.
F. OBJEK FILSAFAT ISLAM
Telah disebutkan bahwa objek filsafat adalah menelaah hakikat tentang Tuhan, tentang manusia dan tentang segala realitas yang nampak di hadapan manusia. Ada beberapa persoalan yang biasa dikedepankan dalam mencari objek filsafat meskipun akhirnya tidak akan lepas dari ketiga hal itu, yaitu:
• Dari apakah benda-benda dapat berubah menjadi lainnya, seperti perubahan oksigen dan hidrogen menjadi air?
• Apakah jaman itu yang menjadi ukuran gerakan dan ukuran wujud semua perkara?
• Apakah bedanya makhluk hidup dengan makhluk yang tidak hidup?
• Apakah ciri-ciri khas makhluk hidup itu?
• Apa jiwa itu? Jika jiwa itu ada, apakah jiwa manusia itu abadi atau musnah?
• Dan masih ada lagi pertanyaan-pertanyaan lain.
Persoalan-persoalan tersebut membentuk ilmu fisika dan dari sini kita meningkat kepada ilmu yang lebih umum ialah ilmu metafisika, yang membahas tentang wujud pada umumnya, tentang sebab wujud, tentang sifat zat yang mengadakan. Dari sini kita bisa menjawab pertanyaan: Apakah alam semesta ini wujud dengan sendirinya ataukah ia mempunyai sebab yang tidak nampak?
Kemudian kita dapat membuat obyek pembahasa lagi, yaitu pengetahuan/pengenalan itu sendiri, cara-cara dan syarat-syarat kebenaran atau salahnya, dan dari sini maka keluarlah ilmu logika (ilmu mantiq) yang tidak ada kemiripannya dengan ilmu-ilmu positif. Kemudian kita melihat kepada akhlak dan apa yang seharusnya diperbuat oleh perorangan, keluarga dan masyarakat, yang berbeda dengan ilmu. Sosiologi lebih menekankan kepada pengertian tentang gejala-gejala kemasyarakatan dan hubungannya, tanpa meneliti apa yang seharusnya terjadi.
Dari uraian ini, maka filsafat sebagai ilmu yang mengungkap tentang wujud-wujud melalui sebab-sebab yang jauh, yakni pengetahuan yang yakin yang sampai kepada munculnya suatu sebab. Ilmu terhadap wujud-wujud itu adalah bersifat keseluruhan, bukan terperinci, karena pengetahuan secara terperinci menjadi lapangan ilmu-ilmu khusus. Oleh karena sifatnya keseluruhan, maka filsafat hanya membicarakan benda pada umumnya atau kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian filsafat mencakup seluruh benda dan semua yang hidup yakni pengetahuan terhadap sebab-sebab yang jauh yang tidak perlu lagi dicari sesudahnya. Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam.